Kamis, 03 November 2011

SLE askep

BAB I
PENDAHULUAN

I.     LATAR BELAKANG
      Penyakit radang multisistem yang penyebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibody dalam tubuh. SLE merupakan prototype penyakit autoimun multisistem yang ditandai oleh munculnya sekumpulan reaksi imun abnormal yang menghasilkan beragam manifestasi klinik.

II.   RUMUSAN MASALAH
a)      Definisi dan Pengetian.
b)      Epidemiologi.
c)       Penyebab Dan Patogenesis.
d)      Patofisiologi.
e)      Manifestasi Klinis.
f)       Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang.
g)      Penatalaksanaan Medis.
h)      Proses keperawatan

III. TUJUAN
a)      Untuk mengetahui definisi dan pengertian dari SLE
b)      Untuk mengetahui epidemiologi pada SLE
c)       Untuk mengetahui penyebab dan patogenesis pada SLE
d)      Untuk mengetahui patofisiologi pada SLE
e)      Untuk mengetahui manifestasi klinis pada SLE
f)       Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada SLE
g)      Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada SLE
h)      Untuk mengetahui proses keperawatan pada SLE


IV. METODE
      Metode yang kita gunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu dengan menggunakan metode pustaka dan penelusuran.























BAB II
PEMBAHASAN

A.      KONSEP DASAR PENYAKIT

I.        Pengertian Dan Definisi
        SLE adalah penyakit radang multisistem yang penyebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibody dalam tubuh. SLE merupakan prototype penyakit autoimun multisistem yang ditandai oleh munculnya sekumpulan reaksi imun abnormal yang menghasilkan beragam manifestasi klinik.

II.      Epidemiologi
        Dalam 30 tahun terakhir, SLE menjadi salah satu penyakit reumatik utama di dunia. Prevalensi pada berbagai populasi yang berbeda – beda berpariasi antara 2.9/100 000 sampai 400/100 000. SLE ditemukan pada berbagai usia, tetapi paling banyak ditemukan pada 15 – 40 tahun. ( Masa Reproduksi ) Kejadian kasus pada wanita lebih besar dibandingkan pada Pria berkisar antara 9 : 1.

III.    Penyebab Dan Patogenesis
        Penyebab dan patogenesis SLE masih belum diketahui dengan jelas. Namun demikian terdapat banyak bukti bahwa  patogenesis SLE bersifat multifactor. Yaitu mencakup pengaruh factor lingkungan, factor genetic dan hormonal terhadap Respon imun.
        Faktor genetic mempunyai pengaruh penting dalam kerentanan dan ekpresi penyakit. Sekitar 10 % - 20 % pasien SLE mempunyai kerabat dekat yang juga menderita SLE. Penelitian menunjukkan bahwa banyak Gen yang berperan terutama yang mengkode system Imun seperti Gen yang mengkode reseptor sel T, Imunoglobulin dan sitokin.
        Sistem neuroendokrin ikut berperan melalui pengaruhnya terhadap system imun secara timbal balik. Beberapa penelitian berhasil menunjukkan bahwa pengaruh hormone prolaktin dapat merangsang respon imun.
        Faktor lingkungan yang dianggap ikut berperan ialah pajanan berlebih terhadap sinar ultraviolet dan berbagai macam infeksi.
IV.    Patofisiologi
        Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
        Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

















PATHWAY


Faktor penyebab  (genetik, lingkungan,hormonal)
 


Limfosit T tidak berfungsi (abnormal)
 


Pembentukan Antibodi terhadap tubuh sendiri (inti sel)
                                      
                 Penumpukan kompleks imun di seluruh organ
                             
Clinical manifestation

 

Muskuloskletal         Mukokutan                    Ginjal            Paru                         Oral 

   Nyeri sendi                 eritema,                 PK Nefritis     PK Efusi          ulkus palatum,
                                      sikatriks,               gagal ginjal      Pleura                            lesi di mulut
                                     lesi diskoid                                                                                
                                                                                                                                            anoreksia
 

    Nyeri

 
 nutrisi






V.   Manifestasi Klinis
a.       Sistem  Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
b.     Sistem  Integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
c.       Sistem  Kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
d.      Sistem  Pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
e.      Sistem  Vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
f.        Sistem  Perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
g.       Sistem  Saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
      Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan serta penurunan berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis dan perikarditis. Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak memastikan diagnosis.



Penatalaksanaan Medis
a.       Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.
b.      Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE
c.       Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.


























B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SLE
( Systemic Lupus Erythematosus )

1.       Pengkajian
        Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik (Biologis, Psikologis,Social dan Spiritual ) untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis
Adapun metode yang dapat dipakai dalam Proses Pengkajian yaitu :

a. Anamnesa
          Alasan dirawat / Keluhan utama
          Riwayat kesehatan dan penyakit yang lalu
          Masalah kesehatan yang sedang dialami
          Masalah pola fungsi sehari-hari
          Masalah yang dirasakan beresiko atau diketahui beresiko tinggi pada klien
          Pola emosi, konsep diri, Gambaran diri,pola pemecahan masalah
          Masalah kebudayaan / kepercayaan, Nilai, Keyakinan
          Hubungan social/keluarga.dll
        Pemeriksaan 4 Gejala cardinal: Suhu  umumnya terjadi peningkatan suhu tubuh, Tekanan Darah akan meningkat terutama bila terdapat masalah pada ginjal.

b. Pemeriksaan Fisik
       Inspeksi
Pengamatan secara seksama setatus kesehatan Klien dari kepala sampai kaki.
Pada Klien dengan SLE mungkin akan ditemukan antara lain:
*            Ruam wajah dalam pola malar (seperti kupu-kupu) pada daerah pipi dan hidung.
*            Lesi dan kebiruan di ujung jari akibat buruknya sirkulasi  dan hipoksia kronik
*            Lesi berskuama  di kepala, leher dan punggung, pada beberapa penderita ditemukan eritema atau sikatrik.
*            Luka-luka di selaput lender mulut atau pharing.
*            Dapat terlihat tanda peradangan satu atau lebih persendian yaitu pembengkakan, warna kemerahan dan rentang gerak yang terbatas.
*            Perdarahan sering terjadi terutama dari mulut atau bercampur urina (urine kemerahan)
*            Gerakan dinding thorak mungkin tidak simetris atau tampak tanda – tanda sesak (Napas cuping hidung,Retraksi supra sterna, bahkan intercostals,apabila terdapat ganguan organ paru)
    Palpasi
Pemeriksaan dengan meraba klien
1.       Sklerosis, yaitu terjadi pengencangan dan pengerasan kulit jari-jari          tangan
2.       Nyeri tekan pada daerah sendi yang meradang
3.       Oedem mata dan kaki, mungkin menandakan keterlibatan ginjal dan hipertensi
    Perkusi
Pemeriksaan pisik dengan mengetuk bagian tubuh tertentu; untuk mengetahui Reflek, atau untuk mengetahui kesehatan suatu organ tubuh misalnya : Perkusi organ dada untuk mengetahui keadaan Paru dan jantung.
    Auskultasi
Pemeriksaan pisik dengan cara mendengar, biasanya menggunakan alat Stetoskup, antara lain untuk mendengar denyut jantung dan Paru-paru.

2.       Diagnosa Keperawatan
1.       Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
2.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ulkus palatum dan lesi dimulut.
3.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
4.       Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisaik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.
5.       Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.





3.       Intervensi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.

Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasionalisasi
1.       Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil : pasien tidak tampak meringis.

Kaji skala nyeri pasien
Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri.
Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus.
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non invasive.
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan skala nyeri.
 imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi nyeri.
nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan pergerakan sendi.
pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tindakan non farmakologi lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
teknik ini dapat membantu mengurangi nyeri.









Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral
Tujuan/KH
Intervensi
Rasionalisasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : berat badan pasien kembali normal.

Pantau asupan makanan setiap hari.
Ajarkan klien untuk tetap menjaga kebersihan mulut.
Ciptakan lingkungan yang bersih di sekitar klien.
Konsultasi dengan tim pendukung ahli gizi atau diet.
Bantu klien dalam pemilihan makanan atau cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

memastikan asupan nutrisi yang adekuat.
kebersihan mulut dapat meningkatkan nafsu makan klien.
lingkungan yang kotor dapat menurunkan nafsu makan klien.
menyediakan diet berdasarkan kebutuhan individu dan rute yang tepat.
kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini .





Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,depresi
Tujuan & KH
INTERVENSI
RASIONALISASI
Setelah diberikan asuuhan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dapat melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Berikan lingkungan yang aman misalnya menaikkan restrain, menggunakan pegangan tangga pada toilet.
Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk.
Kolaborasi : konsul dengan fisioterapi.

menghindari cedera akibat kecelakaan atau terjatuh.
istirahat dianjurkan untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
berguna dalam memformulasikan program latihan.



Dx 4 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik
Tujuan & KH
Intervensi
Rasionalisasi
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, pasien mau dan mampu menerima keadaan yang sedang berlangsung dengan kriteria hasil : pasien dapat bergaul dengan lingkungannya,pasien tidak menunjukkan rasa malu terhadap dirinya
Bantu klien menggali faktor penguat yang ada pada dirinya, keluarga dan lingkungannya
Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan.
Observasi makna perubahan yang dialami oleh klien.
Catat perilaku menarik diri : peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan.
Jelaskan bahwa keadaan klien masih dapat berubah ke arah yang lebih baik asalkan klien menaati pengobatan.

faktor penguat yang ada dapat membangkitkan semangat klien dan menerima terapi.
: mengekspresikan perasaan membantu memudahkan koping.
mengetahui perasaan klien tentang keadaannya dan kontrol emosinya.
dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat.
Jelaskan bahwa keadaan klien masih dapat berubah ke arah yang lebih baik asalkan klien menaati pengobatan.

ketaatan berobat akan mempercepat kesembuhan.


Dx 4 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun
Tujuan & KH
Intervensi
Rasionalisasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, integritas kulit membaik dengan kriteria hasil : pertumbuhan jaringan kulit meningkat

4.       Kaji kerusakan jaringan lunak
Observasi atau catat warna dan keadaan kulit.
Beri perawatan kulit sering agar tidak terjadi kering ataupun lembab.

menjadi data dasar untuk memberi informasi tentang intervensi.
mengetahui perkembangan keadaan kulit pasien.
terjadi kering atau lembab dapat mempercepat kerusakan kulit.


IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi
EVALUASI
DX 1   :  Exspresi wajah pasien tidak lagi meringis
DX 2   : Berat badan pasien sudah dalam rentang normal
DX 3   :  Px  terilhat sudah bisa melakukan aktivitas sehari hari tanpa bantuan dari orang lain
DX 4 :  Kulit Px terlihat lebih lembab dan kerusakan integritas kulit bisa diminimaliskan



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
      SLE adalah penyakit radang multisistem yang penyebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibody dalam tubuh. SLE merupakan prototype penyakit autoimun multisistem yang ditandai oleh munculnya sekumpulan reaksi imun abnormal yang menghasilkan beragam manifestasi klinik.
      Dalam 30 tahun terakhir, SLE menjadi salah satu penyakit reumatik utama di dunia. Prevalensi pada berbagai populasi yang berbeda – beda berpariasi antara 2.9/100 000 sampai 400/100 000. SLE ditemukan pada berbagai usia, tetapi paling banyak ditemukan pada 15 – 40 tahun. ( Masa Reproduksi ) Kejadian kasus pada wanita lebih besar dibandingkan pada Pria berkisar antara 9 : 1.
















DAFTAR PUSTAKA

  1. Doenges Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: ECG
  2. Http://wwww.total kesehatan nanca.com/SLE.html
  3. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Jakarta : Balai Penerbit FKUI,Jakarta.
  4. Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal – Bedah.ed 8.volume 2.Jakarta : EGC.
  5. Nanda,2005-2006, Diagnosis Keperawatan





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar